Pembangunan Jalan Trans Papua Memperhatikan Kelestarian Taman Nasional Lorentz

26 April 2017  |  10:03 WIB
Share this post :
Jakarta Pembangunan Jalan Trans Papua menjadi program prioritas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Kawasan Timur Indonesia

Jakarta – Pembangunan Jalan Trans Papua menjadi program prioritas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Kawasan Timur Indonesia, berdasarkan amanat Presiden Jokowi untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah di Bumi Cenderawasih, memperlancar aksesibilitas jalan, mengatasi keterisolasian, serta menekan kemahalan harga di kawasan Pegunungan Tengah Papua memiliki tantangan tersendiri.

Dalam pembangunannya, sebagian ruas jalan Trans Papua Papua yaitu Wamena-Habema-Kenyam-Mumugu sepanjang sekitar 284 kilometer melewati Taman Nasional (TN) Lorentz yang berstatus “Situs Alam Warisan Dunia”.Oleh karenya, Kementerian PUPR melalui Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT), Balitbang PUPR dan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Jayapura melakukan sinergi dengan Balai TN Lorentz dalam acara diskusi bertajuk “Kebijakan Lingkungan dalam Pembangunan Jalan Trans Papua” di Jakarta (18/4).

Kepala PKPT Rezeki Peranginangin mengatakan dengan sinergi tersebut diharapkan dalam pembangunan jalan Trans Papua dapat dipastikan keutuhan dan keaslian nilai-nilai warisan alam di TN tersebut serta tidak merusak kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati di TN Lorentz.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Jayapura Osman H. Marbun mengatakan pihaknya selalu berkoordinasi intens dengan Balai TN Lorentz. Beberapa isu lingkungan seperti die back (kepunahan) hutan Nothofagus, surutnya permukaan air Danau Habbema, berkurangnya gambut di dataran tinggi, dan sebagainya telah diakomodir di dalam Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) dan AMDAL hingga memperoleh izin lingkungan dari Gubernur Papua pada tanggal 22 Januari 2015.

“Untuk mencegah surutnya permukaan air Danau Habbena kami akan membangun drainase menyeluruh sepanjang badan timbunan menggunakan geogrid komposit,” jelas Osman.

Di sisi lain, Kepala Balai TN Lorentz A.G. Martana menegaskan tidak ada korelasi antara pembangunan jalan dengan die back spesies tanaman endemik Papua yang berasal dari hutan purba ini. Dugaan sementara mengenai isu punahnya Nothofagus disebabkan karena penyakit dan pemanasan global. Namun demikian, Tim dari KLH & K yang terdiri dari Balai TN Lorentz, P3E, Direktorat Kawasan Konservasi, bersama P2B LIPI dan kalangan akademisi tengah menginvestigasi lebih lanjut penyebab kepunahan Nothofagus agar dapat dilakukan langkah-langkah pengendalian die back.

Kementerian PUPR akan menerjunkan tim gabungan yang terdiri dari PKPT, Puslitbang SDA, Puslitbang Jalan dan Jembatan untuk bersama-sama dengan Subdit Lingkungan dan Keselamatan Jalan, Direktorat Kawasan Konservasi KLH & K, LIPI, dan P3E Papua melakukan kajian lebih mendalam di lapangan untuk masalah kelestarian lingkungan TN Lorentz.